Teori difusi inovasi telah ada sejak tahun 1950-an. Pada saat itu
pemerintah Amerika Serikat ingin mengetahui bagaimana dan mengapa sebagian
petani di sana mengadopsi teknik-teknik baru dalam pertanian dan sebagian
lainnya tidak. Everett M Rogers pada waktu itu menjadi bagian dari tim
eksplorasi ini. Meskipun pada awalnya teori difusi ini ditujukan untuk memahami
difusi dari teknik-teknik pertanian tapi pada perkembangan selanjutnya teori
difusi ini digunakan pada bidang-bidang lainnya.
Pada tahun 1962 Everett Rogers menulis sebuah buku yang berjudul “
Diffusion of Innovations “ yang selanjutnya buku ini menjadi landasan pemahaman
tentang inovasi, mengapa orang mengadopsi inovasi, faktor-faktor sosial apa
yang mendukung adopsi inovasi, dan bagaimana inovasi tersebut berproses di
antara masyarakat.
Apakah Difusi Inovasi itu?
Inovasi
Rogers menyatakan bahwa inovasi adalah ““an idea, practice, or object
perceived as new by the individual.” (suatu gagasan, praktek, atau benda
yang dianggap/dirasa baru oleh individu). Dengan definisi ini maka
kata perceivedmenjadi kata yang penting karena pada mungkin suatu
ide, praktek atau benda akan dianggap sebagai inovasi bagi sebagian orang
tetapi bagi sebagian lainnya tidak, tergantung apa yang dirasakan oleh individu
terhadap ide, praktek atau benda tersebut.
Difusi
Difusi didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial. Difusi dapat dikatakan juga sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru. Disamping itu, difusi juga dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial.
Difusi didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial. Difusi dapat dikatakan juga sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru. Disamping itu, difusi juga dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial.
Proses Difusi Inovasi
Berikut
adalah bagan model proses difusi inovasi menurut Everett M. Rogers
1. Tahap Pengetahuan (Knowledge)
Ada
beberapa sumber yang menyebutkan tahap pengetahuan sebagai tahap
“Awareness”. Tahap ini merupakan tahap penyebaran informasi tentang
inovasi baru, dan saluran yang paling efektif untuk digunakan adalah saluran
media massa. Dalam tahap ini kesadaran individu
akan mencari atau membentuk pengertian inovasi dan tentang bagaimana inovasi
tersebut berfungsi. Rogers mengatakan ada tiga macam pengetahuan yang dicari
masyarakat dalam tahapan ini, yakni:
· Kesadaran
bahwa inovasi itu ada
· Pengetahuan
akan penggunaan inovasi tersebut
· Pengetahuan
yang mendasari bagaimana fungsi inovasi tersebut bekerja
2. Tahap Persuasi (Persuasion)
Dalam
tahapan ini individu membentuk sikap atau memiliki sifat yang menyetujui atau
tidak menyetujui inovasi tersebut. Dalam tahap persuasi ini, individu akan mencari
tahu lebih dalam informasi tentang inovasi baru tersebut dan keuntungan
menggunakan informasi tersebut. Yang membuat tahapan ini berbeda dengan tahapa
pengetahuan adalah pada tahap pengetahuan yang berlangsung adalah proses
memengaruhi kognitif, sedangkan pada tahap persuasi, aktifitas mental yang
terjadi alah memengaruhi afektif. Pada tahapan ini seorang calon adopter akan
lebih terlibat secara psikologis dengan inovasi. Kepribadian dan norma-norma
sosial yang dimiliki calon adopter ini akan menentukan
bagaimana ia mencari informasi, bentuk pesan yang bagaimana yang akan ia terima
dan yang tidak, dan bagaimana cara ia menafsirkan makna pesan yang ia terima
berkenaan dengan informasi tersebut. Sehingga pada tahapan ini seorang
calon adopterakan membentuk persepsi umumnya tentang inovasi
tersebut. Beberapa ciri-ciri inovasi yang biasanya dicari pada tahapan ini
adalah karekateristik inovasi yakni relative advantage, compatibility, complexity, trialability,
danobservability.
3. Tahap Pengambilan Keputusan
(Decision)
Di
tahapan ini individu terlibat dalam aktivitas yang membawa pada suatu pilihan
untuk mengadopsi inovasi tersebut atau tidak sama sekali. Adopsi adalah
keputusan untuk menggunakan sepenuhnya ide baru sebagai cara tindak yang paling
baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses keputusan inovasi, yakni:
· Praktik
sebelumnya
· Perasaan
akan kebutuhan
· Keinovatifan
· Norma
dalam sistem sosial
Proses
keputusan inovasi memiliki beberapa tipe yakni:
a) Otoritas
adalah keputusan yang dipaksakan kepada seseorang oleh individu yang berada
dalam posisi atasan
b) Individual
adalah keputusan dimana individu yang bersangkutan mengambil peranan dalam
pembuatannya. Keputusan individual terbagi menjadi dua macam, yakni:
a. Keputusan
opsional adalah keputusan yang dibuat oleh seseorang, terlepas dari keputusan
yang dibuat oleh anggota sistem.
b. Keputusan
kolektif adalah keputusan dibuat oleh individu melalui konsesnsus dari sebuah
sistem sosial
c) Kontingen
adalah keputusan untuk menerima atau menolak inovasi setelah ada keputusan yang
mendahuluinya.
Konsekuensi adalah
perubahan yang terjadi pada individu atau suatu sistem sosial sebagai akibat
dari adopsi atau penolakan terhadap inovasi . Ada tiga macam konsekuensi
setelah diambilnya sebuah keputusan, yakni:
· Konsekuensi
Dikehendaki VS Konsekuensi Tidak Dikehendaki
Konsekuensi
dikehendaki dan tidak dikehendaki bergantung kepada dampak-dampak inovasi dalam
sistem sosial berfungsi atau tidak berfungsi. Dalam kasus ini, sebuah inovasi
bisa saja dikatakan berfungsi dalam sebuah sistem sosial tetapi tidak menutup
kemungkinan bahwa sebenarnya inovasi tersebut tidak berfungsi bagi beberapa
orang di dalm sistem sosial tersebut Sebut saja revolusi industri di Inggris,
akibat dari revolusi tersebut sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemilik modal
tetapi tidak sesuai denganapa yang dikehendaki oleh tenaga kerja yang pada
akhirnya kehilangan pekerjaaan dan menjadi pengangguran.
· Konsekuensi
Langsung VS Koneskuensi Tidak Langsung
Konsekuensi
yang diterima bisa disebut konsekuensi langsung atau tidak langsung bergantung
kepada apakah perubahan-perubahan pada individu atau sistem sosial terjadi
dalam respons langsung terhadap inovasi atau sebagai hasil dari urutan kedua
dari konsekuensi. Terkadang efek atau hasil dari inovasi tidak berupa pengaruh
langsung pada pengadopsi.
· Konsekuensi
Yang Diantisipasi VS Konsekuensi Yang Tidak Diantisipasi
Tergantung
kepada apakah perubahan-perubahan diketahui atau tidak oleh para anggota sistem
sosial tersebut. Contohnya pada penggunaan internet sebagai media massa baru di
Indonesia khususnya dikalangan remaja. Umumnya, internet digunakan untuk
mendapatkan informasi yang terbaru dari segala penjuru dunia, inilah yang
disebut konsekuensi yang diantisipasi. Tetapi tanpa disadari penggunaan
internet bisa disalahgunakan, misalnya untuk mengakses hal-hal yang berbau
pornografi hal inilah yang disebut konsekuensi yang tidak diantisipasi. Remaja
menjadi mudah mendapatkan video atau gambar-gambar yang tidak pantas.
4. Tahap
Pelaksanaan (Implementation)
Tahapan
ini hanya akan ada jika pada tahap sebelumnya, individu atau partisipan memilih
untuk mengadopsi inovasi baru tersebut. Dalam tahap ini, individu akan menggunakan
inovasi tersebut. Jika ditahapan sebelumnya proses yang terjadi lebih
kepada mental exercise yakni berpikir dan memutuskan, dalam
tahap pelaksanaan ini proses yang terjadi lebih ke arah perubahan tingkah
laku sebagai bentuk dari penggunaan ide baru tersebut.
5. Tahap
Konfirmasi (Confirmation)
Tahap
terakhir ini adalah tahapan dimana individu akan mengevaluasi dan memutuskan
untuk terus menggunakan inovasi baru tersebut atau menyudahinya. Selain itu,
individu akan mencari penguatan atas keputusan yang telah ia ambil sebelumnya.
Apabila, individu tersebut menghentikan penggunaan inovasi tersebut hal
tersebut dikarenakan oleh hal yang disebutdisenchantment discontinuance dan
atau replacement discontinuance.Disenchantment discontinuance disebabkan
oleh ketidakpuasan individu terhadap inovasi tersebut sedangkan replacement discontinuancedisebabkan
oleh adanya inovasi lain yang lebih baik.
Unsur-unsur Difusi Inovasi :
Dari definisi yang diberikan oleh Everett M. Rogers
tersebut, ada empat unsur utama yang terjadi dalam proses difusi inovasi
sebagai berikut:
1. Inovasi
Inovasi merupakan sebuah ide, praktek, atau objek yang dianggap sebagai suatu yang
baru oleh seorang individu atau satu unit adopsi lain. Semua inovasi memiliki
komponen ide tetapi tak banyak yang memiliki wujud fisik, ideologi misalnya.
Inovasi yang tidak memliliki wujud fisik diadopsi berupakeputusan simbolis.
Sedangkan yang memiliki wujud fisik pengadopsiannya diikuti dengan keputusan
tindakan. Rogers (1983) mengemukakan lima karakteristik inovasi
yang dapat memengaruhi keputusan terhadap pengadopsian suatu inovasi meliputi:
a. Keunggulan
relatif (relative advantage)
Keunggulan
relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik atau unggul
dari yang pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari
beberapa segi, seperti segi eknomi, prestise sosial, kenyamanan, kepuasan dan
lain-lain. Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi, semakin
cepat inovasi tersebut dapat diadopsi.
Contoh : Dalam pembelian handphone,
penggunahandphone akan mencari handphone yang
lebih baik dari yang ia gunakan sebelumnya. Misalnya dari penggunaan Nokia N97
berganti ke Blackberry
b. Kompatibilitas
(compatibility)
Kompatibilitas adalah derajat dimana inovasi tersebut
dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman masa lalu dan
kebutuhan pengadopsi. Sebagai contoh, jika suatu inovasi atau ide baru tertentu
tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, maka inovasi itu tidak dapat
diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan inovasi yang sesuai (compatible).
Contoh : Dalam suku
Badui dalam terdapat aturan untuk tidak menggunakan teknologi dari luar,
sehingga bentuk inovasi seperti alat-elektronik tidak mereka adopsi karena
tidak sesuai dengan norma sosial yang mereka miliki
c. Kerumitan
(complexity)
Kerumitan
adalah derajat dimana inovasi dianggap sebagai suatu yang sulit untuk dipahami
dan digunakan. Beberapa inovasi tertentu ada yang dengan mudah dapat
dimengerti dan digunakan oleh pengadopsi dan ada pula yang sebaliknya. Semakin
mudah dipahami dan dimengerti oleh pengadopsi, maka semakin cepat suatu inovasi
dapat diadopsi.
Contoh : Masyarakat
pengguna PC atau notebook terbiasa dengan penggunaan
Windows yang lebih mudah dibandingkan Linux, walaupun Linux memiliki kelebihan
dibandingkan Windows tetapi karena penggunaannya lebih rumit masih sedikit
orang yang menggunakan Linux
d. Kemampuan
diujicobakan (trialability)
Kemampuan
untuk diujicobakan adalah derajat dimana suatu inovasi dapat diuji-coba batas
tertentu. Suatu inovasi yang dapat di uji-cobakan dalam seting sesungguhnya
umumnya akan lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat
diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus mampu menunjukan (mendemonstrasikan)
keunggulannya.
Contoh :
Produk Molto Ultra Sekali Bilas cepat diterima masyarakat karena secara
langsung dapat dibandingkan dengan produk-produk sejenis lainnya.
e. Kemampuan diamati (observability)
Kemampuan
untuk diamati adalah derajat dimana hasil suatu inovasi dapat terlihat oleh
orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil dari suatu inovasi, semakin
besar kemungkinan orang atau sekelompok orang tersebut mengadopsi. Jadi dapat
disimpulkan bahwa semakin besar keunggulan relatif; kesesuaian (compatibility);
kemampuan untuk diuji cobakan dan kemampuan untuk diamati serta semakin kecil
kerumitannya, maka semakin cepat kemungkinan inovasi tersebut dapat diadopsi.
2. Saluran
komunikasi
Tujuan komunikasi adalah tercapainya suatu pemahaman
bersama atau yang biasa disebut mutual understanding antara
dua atau lebih partisipan komunikasi terhadap suatu pesan (dalam hal ini adalah
ide baru) melalui saluran komunikasi tertentu. Dengan demikian diadopsinya
suatu ide baru (inovasi) dipengaruhi oleh partisipan komunikasi dan saluran
komunikasi. Saluran komunikasi dapat dikatakan memegang peranan penting dalam
proses penyebaran inovasi, karena melalui itulah inovasi dapat tersebar kepada
anggota sistem sosial.
Dalam tahap-tahap tertentu dari proses pengambilan keputusan
inovasi, suatu jenis saluran komunikasi tertentu juga memainkan peranan lebih
penting dibandingkan dengan jenis saluran komunikasi lain. Ada dua jenis
kategori saluran komunikasi yang digunakan dalam proses difusi inovasi, yakni
saluran media massa dan saluran antarpribadi atau saluran lokal dan kosmopolit.
Saluran lokal adalah saluran yang berasal dari sistem sosial yang sedang
diselidiki. Saluran kosmopolit adalah saluran komunikasi yang berada di luar
sistem sosial yang sedang diselidiki. Media massa dapat berupa radio, televisi,
surat kabar, dan lain-lain. Kelebihan media massa adalah dapat menjangkau
audiens yang banyak dengan cepat dari satu sumber. Sedangkan saluran
antarpribadi dalam proses difusi inovasi ini melibatkan upaya pertukaran informasi
tatap muka antara dua atau lebih individu yang biasanya memiliki kekerabatan
dekat.
Hasil penelitian berkaitan dengan saluran komunikasi
menunjukan beberapa prinsip sebagai berikut:
a. Saluran komunikasi masa
relatif lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran antar pribadi (interpersonal)
relatif lebih penting pada tahap persuasi. Hal ini disebabkan saluran
komunikasi massa dapat membentuk awareness secara serempak
dalam waktu yang dikatakan cukup singkat dibandingkan dengen efek komunikasi
antarpribadi.
b. Saluran kosmopolit lebih
penting pada tahap pengetahuan dan saluran lokal relatif lebih penting pada
tahap persuasi.
c. Saluran media masa relatif
lebih penting dibandingkan dengan saluran antar pribadi bagi adopter awal (early
adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter). Sesuai
dengan karakteristiknya masing-masing, golongan adopter awal menyukai ide-ide
baru tanpa perlu persuasi yang berlebihan sehingga media massa saja sudah cukup
membuat mereka mau mengadopsi sebuah inovasi berbeda dengan orang-orang dari
golongan adopter akhir, karakteristik mereka yang kurang menyukai risiko
menyebabkan komunikasi antarpribadi yang paling bekerja dengan baik. Mereka
cenderung melihat atau berkaca pada orang-orang disekitar mereka yang sudah
menggunakan inovasi tersebut dan apabila berhasil mereka baru mau mengikutinya.
d. Saluran kosmopolit relatif lebih penting dibandingkan
denan saluran lokal bagi bagi adopter awal (early adopter) dibandingkan
dengan adopter akhir (late adopter).
Metode
komunikasi massa seperti penggunaan iklan memang dapat menyebarkan informasi
tentang inovasi baru dengan cepat tetapi hal tersebut tidak lantas dapat begitu
saja membuat inovasi baru tersebut diadopsi oleh khalayak. Hal itu dikarenakan
diadopsi tidaknya inovasi baru terkait dengan masalah resiko dan
ketidakpastian. Disinilah letak pentingnya komunikasi antarpribadi. Orang akan
lebih percaya kepada orang yang sudah dikenalnya dan dipercayai lebih awal atau
orang yang mungkin sudah berhasil mengadopsi inovasi baru itu sendiri, dan juga
orang yang memiliki kredibilitas untuk memberi saran mengenai inovasi tersebut.
Hal tersebut digambarkan oleh ilustrasi kurva dibawah ini yang menggambarkan
bahwa komunikasi interpersonal menjadi begitu sangat berpengaruh dari waktu ke
waktu dibandingkan dengan komunikasi massa.
Sumber: www.enablingchange.com.au
Dari hasil penelitian, banyak disebutkan bahwa saluran
komunikasi media massa akan optimal digunakan pada tahap pengetahuan dan
saluran interpersonal akan lebih optimal digunakan pada tahap persuasi. Namun
pada kenyataannya, di negara yang belum maju kekuatan komunikasi interpersonal
masih dinilai lebih penting dalam tahap pengetahuan. Hal ini disebabkan karena
kurangnya media massa yang dapat dijangkau masyarakat terutama di pedesaan,
tingginya tingkat buta huruf penduduk, dan mungkin pula disebabkan
ketidakrelevanan antara isi media dengan kebutuhan masyarakat, misalnya terlalu
banyak hiburan atau hal-hal yang sebenarnya tidak penting untuk diberitakan.
Karena hal-hal tersebut, saluran komunikasi interpersonal terutama yang
bersifat kosmopolit dinilai lebih baik dibanding saluran media massa.
Untuk mendapatkan hasil penyebaran inovasi yang
optimal, yakni memperbesar tingkat adopsi suatu inovasi dapat dilakukan dengan
pengaplikasian saluran komunikasi yang tepat pada situasi yang tepat. Pertama,
pada tahap pengetahuan hendaknya kita menggunakan media massa untuk
menyebarluaskan informasi tentang adanya inovasi tersebut. Selanjutnya
digunakan saluran komunikasi interpersonal yang bersifat persuasif dan personal
pada tahap persuasi.
3. Kurun
waktu tertentu
Waktu merupakan salah satu unsur penting dalam proses
difusi. Dimensi waktu, dalam proses difusi, berpengaruh dalam tiga hal, yakni:
a. Proses keputusan inovasi,
yaitu proses mental yang terjadi dimana individu mulai mengalami tahapan
menerima informasi pertama yang membentuk sikap seseorang terhadap inovasi
sampai kepada keputusan apakah individu tersebut menerima atau menolak inovasi,
hingga tahapan implementasi dan konfirmasi berkenaan dengan inovasi tersebut.
Ada beberapa tahap dalam proses keputusan inovasi ini,
yakni:
· Tahap
pengetahuan pertama terhadap inovasi
· Tahap
pembentukan sikap kepada inovasi
· Tahap
pengambilan keputusan menerima atau menolak inovasi
· Tahap
pelaksanaan inovasi
· Tahap
konfirmasi dari keputusan
b. Waktu
memengaruhi difusi dalam keinovatifan individu atau unit adopsi. Keinovatifan
adalah tingkatan dimana individu dikategorikan secara relative dalam mengadopsi
sebuah ide baru dibanding anggota suatu sistem sosial lainnya. Kategori
tersebut antara lain adalah innovator, early adopter, early
majority, late majority, dan laggard. Klasifikasi ini
dikarenakan dalam sebuah sistem, individu tidak akan secara serempak dalam
suatu waktu mengadopsi sebuah inovasi melainkan perlahan-lahan secara berurut.
Keinovatifan inilah yang pada akhirnya menjadi indikasi yang menunjukkan
perubahan tingkah laku individu
c. Kecepatan
rata-rata adopsi ide baru dalam sebuah sistem sangat dipengaruhi oleh dimensi
waktu. Kecepatan adopsi adalah kecepatan relative yang berkenaan dengan
pengadopsian suatu inovasi oleh anggota suatu sistem mengadopsi suatu inovasi
dalam periode waktu tertentu. Kecepatan ini selalu diukur dengan jumlah anggota
suatu sistem yang mengadopsi inovasi dalam periode waktu tertentu.
4. Sistem
Sosial
Sangat penting untuk diingat bahwa proses difusi
terjadi dalam suatu sistem sosial. Sistem sosial adalah satu set unit yang
saling berhubungan yang tergabung dalam suatu upaya pemecahan masalah bersama
untuk mencapai suatu tujuan. Anggota dari suatu sistem sosial dapat berupa
individu, kelompok informal, organisasi dan atau sub sistem. Proses difusi
dalam kaitannya dengan sistem sosial ini dipengaruhi oleh struktur sosial,
norma sosial, peran pemimpin dan agen perubahan, tipe keputusan inovasi dan
konsekuensi inovasi.
Difusi inovasi terjadi dalam suatu sistem sosial.
Dalam suatu sistem sosial terdapat struktur sosial, individu atau kelompok
individu, dan norma-norma tertentu. Berkaitan dengan hal ini, Rogers (1983)
menyebutkan adanya empat faktor yang mempengaruhi proses keputusan inovasi.
Keempat faktor tersebut adalah:
1) Struktur sosial (social
structure)
Struktur sosial adalah susunan suatu unit sistem yang
memiliki pola tertentu. Adanya sebuah struktur dalam suatu sistem sosial
memberikan suatu keteraturan dan stabilitas perilaku setiap individu dalam
suatu sistem sosial tertentu. Struktur sosial juga menunjukan hubungan antar
anggota dari sistem sosial. Hal ini dapat dicontohkan seperti terlihat pada
struktur oranisasi suatu perusahaan atau struktur sosial masyarakat suku
tertentu. Struktur sosial dapat memfasilitasi atau menghambat difusi inovasi
dalam suatu sistem. Katz (1961) seperti dikutip oleh Rogers menyatakan bahwa
sangatlah bodoh mendifusikan suatu inovasi tanpa mengetahui struktur sosial
dari adopter potensialnya, sama halnya dengan meneliti
sirkulasi darah tanpa mempunyai pengetahuan yang cukup tentang struktur
pembuluh nadi dan arteri. Penelitian yang dilakukan oleh Rogers dan Kincaid
(1981) di Korea menunjukan bahwa adopsi suatu inovasi dipengaruhi oleh
karakteristik individu itu sendiri dan juga sistem sosial dimana individu tersebut
berada.
2) Norma sistem (system
norms)
Norma adalah suatu pola perilaku yang dapat diterima
oleh semua anggota sistem sosial yang berfungsi sebagai panduan atau standar
bagi semua anggota sistem sosial. Sistem norma juga dapat menjadi faktor penghambat
untuk menerima suatu ide baru. Hal ini sangat berhubungan dengan derajat
kesesuaian (compatibility) inovasi denan nilai atau kepercayaan masyarakat
dalam suatu sistem sosial. Jadi, derajat ketidak sesuaian suatu inovasi dengan
kepercayaan atau nilai-nilai yang dianut oleh individu (sekelompok masyarakat)
dalam suatu sistem social berpengaruh terhadap penerimaan suatu inovasi
tersebut.
3) Opinion Leaders
Opinion leaders dapat dikatakan sebagai
orang-orang berpengaruh, yakni orang-orang tertentu yang mampu memengaruhi
sikap orang lain secara informal dalam suatu sistem sosial. Dalam kenyataannya,
orang berpengaruh ini dapat menjadi pendukung inovasi atau sebaliknya, menjadi
penentang. Ia (mereka) berperan sebagai model dimana perilakunya (baik mendukung
atau menentang) diikuti oleh para pengikutnya. Jadi, jelas disini bahwa orang
berpengaruh memainkan peran dalam proses keputusan inovasi.
4) Change Agent
Change agent adalah suatua bagian dari sistem
sosial yang berpengaruh terhadap sistem sosialnya. Mereka adalah orang-orang
yang mampu memengaruhi sikap orang lain untuk menerima sebuah inovasi. Tetapichange
agent bersifat resmi atau formal, ia mendapat tugas dari
kliennya untuk memengaruhi masyarakat yang berada dalam sistem sosialnya. Change agent
atau dalam bahasia Indonesia yang biasa disebut agen perubah, biasanya
merupakan orang-orang profesional yang telah mendapatkan pendidikan atau
pelatihan tertentu untuk dapat memengaruhi sistem sosialnya. Di dalam buku
”Memasyarakatkan Ide-ide Baru” yang ditulis oleh Rogers dan Shoemaker, fungsi
utama dari change agent adalah menjadi mata rantai yang
menghubungkan dua sistem sosial atau lebih. Dengan demikian, kemampuan dan
keterampilan change agent berperan besar terhadap diterima
atau ditolaknya inovasi tertentu. Sebagai contoh, lemahnya pengetahuan tentang
karakteristik struktur sosial, norma dan orang kunci dalam suatu sistem sosial
(misal: suatu institusi pendidikan), memungkinkan ditolaknya suatu inovasi
walaupun secara ilmiah inovasi tersebut terbukti lebih unggul dibandingkan
dengan apa yang sedang berjalan saat itu.
Ralph Linton (1963) dalam buku ”Memasyarakatkan
Ide-ide Baru” melihat bahwa setiap inovasi mempunyai tiga unsur pokok yang
harus diketahui oleh change agent, yakni:
· Bentuk
yang dapat diamati langsung dalam penampilan fisik suatu inovasi
· Fungsi
inovasi tersebut bagi cara hidup anggota sistem
· Makna,
yakni perspektif subyektif dan seringkali tak disadari tentang inovasi tersebut
oleh anggota sistem sosial. Karena sifatnya subyektif, unsur makna ini lebih
sulit didifusikan daripada bentuk maupun fungsinya. Terkadang kultur penerima
cenderung menggabungkan makna inovasi itu dengan makna subyektif, sehingga
makna aslinya hilang.
5) Heterofili dan Homofili
Difusi diidentifikasi sebagai jenis komunikasi khusus
yang berhubungan dengan penyebaran inovasi. Pada teori Two-Step Flow, opinion
leader dan pengikutnya memiliki banyak kesamaan. Hal tersebut yang
dipandang dalam riset difusi sebagai homofili. Yakni, tingkat di mana
pasangan individu yang berinteraksi memiliki banyak kemiripan sosial, contohnya
keyakinan, pendidikan, nilai-nilai, status sosial dan lain sebagainya. Lain
halnya dengan heterofili, heterofili adalah tingkat di mana pasangan individu
yang berinteraksi memiliki banyak perbedaan. Persamaan dan perbedaan ini akan
berpengaruh terhadap proses difusi yang terjadi. Semakin besar derajat
kesamaannya maka semakin efektif komunikasi yang terjadi untuk mendifusikan
inovasi dan sebaliknya. Makin tinggi derajat perbedaannya semakin banyak
kemungkinan masalah yag terjadi dan menyebabkan suatu komunikasi tidak efektif.
Oleh karenanya, dalam proses difusi inovasi, penting sekali untuk memahami
betul karakteristik adopter potensialnya untuk memperkecil “heterophily”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar